Minggu, 20 Maret 2011

sejarah musik punk

Banyak orang berpendapat bahwa Punk itu kotor, berantakan dan identik dengan kehidupan yang tidak jelas, bahkan ada yang beropini bahwa Punk itu brutal. Padahal, tidak semua pecinta musik Punk atau yang biasa disebut Punkers demikian adanya.

Dilihat dari sejarahnya, Punk masih menjadi tanda tanya tentang awal mula keberadaannya. Ada Punkers yang berpendapat bahwa Punk berawal dari sebuah aliran musik. Tapi yang jelas, Punk muncul sebagai budaya tandingan terhadap kemapanan dan kapitalisme pada masa revolusi industri di Inggris yang menggantikan tenaga manusia dengan tenaga mesin di tahun 1960an. Akibatnya, banyak pengusaha yang melakukan pemutusan hubungan kerja para karyawannya.

Pada tahun 1960an, ada sebuah band Rock bernama New York Dolls. Dalam konsep pembuatan lagu, band ini membuat lirik yang “nyeleneh” dengan durasi lagu yang singkat. Dan band inilah yang menjadi influence dari terbentuknya musik Punk.

Seorang designer dan pemilik butik asal Inggris bernama Malcolm Mc. Laren, adalah otak dari terbentuknya Sex Pistols. Band inilah yang pertama kali mengasumsikan dirinya sebagai band Punk, dilanjutkan dengan munculnya Ramones, Rancid, dsb.

Celana jeans ketat, rambut Mohawk, Body Pierchng dan tato, merupakan gaya berdandan para Punkers. Gaya seperti ini dipelopori oleh Exploited. Band ini meniru dari budaya suku Mohawk di Amerika. Di daerah asalnya, Suku Mohawk membuat tato, rambut Mohawk dan Body Pierching sebagai tolak bala atas kepercayaan yang mereka anut. Dan para Punkers meniru gaya tersebut sebagai salah satu ungkapan ekspresi dan bentuk perlawanan terhadap kemapanan dan kapitalisme. Intinya, komunitas Punk menuntut kehidupan yang bebas tanpa aturan, tapi bukan berarti mereka menjadi musuh masyarakat. Justru Punkers sangat peduli terhadap masyarakat kelas bawah.

’Kesamaan’ juga menjadi semboyan komunitas Punk. Dimata mereka tak ada perbedaan jenis kelamin, patriarki ataupun matriarki. Mereka juga menunjukan kepedulian terhadap sesama dengan melakukan tradisi Food Not Bombs (Makanan bukan Bom). Awalnya, tradisi ini tercetus di Amerika sebagai protes kepada Pemerintah atas pembelian nuklir. Punkers berpendapat, dari pada Pemerintah menghambur-hamburkan uang untuk membeli nuklir, lebih baik dibelikan makanan untuk dibagikan secara gratis kepada masyarakat. Di Indonesia, khususnya di Jakarta, tradisi seperti ini masih sering dilakukan. Tujuannya, mengingatkan bahwa makanan sebenarnya gratis, hanya saja sistem
kapital membuatnya menjadi suatu komuditas.
 
dari : http://www.facebook.com/topic.php?uid=387823455594&topic=10338

Tidak ada komentar:

Posting Komentar